Semual, As-Syafi’ie 07 itu kurang
begitu populer seperti hari ini, dengan menjalankan beberapa program, yang mana
p[rogram ini bisa terus selalu eksis dan mengalami perbaikan secara dinamis
menjadi semakin membaik. Pada awalnya, As-Syafi’ie tidak lah jauh berbeda
dengan rayon-rayon yang lain pada umumnya—seperti rayon Al-Ghazali, Al-Asy’Ari
dll—dengan menjalankan beberapa program ala kadarnya, yang mana program
tersebut sudah menjadi bagian tradisi pesantren, yang—sepertinya—dari semula
tidak ada perubahan. Seperti kita saksikan, As-Syafi’ie sebelum mengembangkan
kegiatan yang pada hari ini sudah begitu populer di daerah Latee, semula rayon
ini belum memiliki kegiatan yang terlalu formal, yang hemat kami, itu kegiatan
tersebut turut membantu pesantren dalam mengembangkan intelektualitas santri.
Sebut saja misalnya adalah
“diskusi”,
“komunitas menulis”, dan beberapa kegiatan yang lain, yang sangat membantu
dalam meningkatkan semangat belajar santri dalam mengembangkan intelektual
mereka. Akhirnya, lahirlah beberapa kegiatan di masing-masing kamar seperti
diskusi ini. “Diskusi” adalah program paling dominan dari pada
kegiatan-kegiatan yang lainnya. Meskipun begitu, ada program-program yang lain
seperti program tulis-menulis, akan tetapi karena beberapa
alasan anggotanya seperti adanya beberapa kegiatan di beberapa lembaga, tempat
mereka belajar, menjadikan kegiatan yang sangat penting ini molor. Sebagai
konsekuensinya, kegiatan tulis-menulis tidak berjalan maksimal. As-Syafi’ie 07,
misalnya, yang memiliki buletin kebanggaan kita bersama, sebut saja “Tabligh
(Media Kreasi dan Dakwah)”, sampai hari ini belum terbit kembali. Padahal, dari
hitungan edisinya, Tabligh sudah seharusnya terbit, mengingat jangka waktu yang
lama yang memisahkan dirinya denga para pembaca menjadikan para pembaca
merindukan seperti apa wajah Tabligh di edisi yang berikut ini, mutifasi apa
yang akan pembaca akan peroleh, kini pertanyaan itu terus menggelora dari
mulut-kemulut para netizen, yang sampai
hari ini perbincangan itu belum selesai.